Ketika banyak negara di Amerika Selatan menyambut kedatangan internet satelit Starlink milik Elon Musk dengan antusias, Bolivia justru menolaknya. Pemerintah Bolivia menolak memberikan izin operasi kepada Starlink dengan alasan dominasi perusahaan asing yang terlalu besar dapat membahayakan kedaulatan dan regulasi dalam negeri.
Penolakan ini cukup mengejutkan, mengingat Bolivia adalah negara dengan kecepatan internet paling lambat di Amerika Selatan. Di luar kota besar seperti La Paz dan Santa Cruz, masyarakat sering kesulitan mengakses internet, bahkan harus naik ke pohon atau bukit demi mendapatkan sinyal. Kondisi ini menyulitkan pendidikan, pekerjaan, hingga penanganan bencana.
Namun, menurut pemerintah Bolivia, kehadiran Starlink bisa membawa persaingan yang tidak adil bagi penyedia layanan lokal dan memberi terlalu banyak pengaruh pada satu perusahaan asing. Saat ini, Bolivia masih mengandalkan satelit buatan China yang diluncurkan sejak 2013. Sayangnya, satelit ini sudah menua dan diperkirakan akan berhenti berfungsi pada 2028.
“Kita tidak bisa bergantung hanya pada satu pihak,” ujar Iván Zambrana, Direktur Badan Antariksa Bolivia. Ia menekankan bahwa siapa pun yang berbisnis di Bolivia harus tunduk pada regulasi lokal dan memberikan manfaat ekonomi bagi negara.
Sementara itu, masyarakat di daerah terpencil terus mendesak akses internet yang lebih baik. Beberapa hotel di perbatasan bahkan menyelundupkan perangkat Starlink dari Chile demi mendapatkan koneksi. Namun layanan biasanya hanya bertahan beberapa bulan sebelum diputus.
Adrián Valencia, guru di sebuah desa kecil bernama Quetena Chico, mengatakan ia harus menempuh enam jam perjalanan hanya untuk mengunggah video pelajaran ke internet. “Internet kami sangat buruk. Tanpa akses internet, sama saja seperti tidak bisa membaca,” ujarnya.
Meski ditolak, Starlink masih optimis bisa masuk ke Bolivia. Dalam peta layanan resminya, Starlink menandai Bolivia sebagai wilayah yang akan dilayani mulai 2025. Di sisi lain, Bolivia kini juga mulai menjajaki kerja sama dengan SpaceSail, perusahaan China yang tengah mengembangkan jaringan satelit tandingan Starlink.
Keputusan akhir masih dalam pertimbangan. Namun satu hal jelas: tekanan untuk menghubungkan jutaan warga Bolivia dengan internet semakin besar, dan dunia kini menunggu apakah Bolivia akan tetap pada pendiriannya, atau akhirnya memberi lampu hijau untuk Starlink.